Asma' binti Abu Bakar, Saudara Perempuan Sayyidah Aisyah
Nama lengkapnya adalah Asma' binti Abdullah bin Utsman Abi Bakar As-Sidik.Lahir pada tahun 27 sebelum Hijriah, dan termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam (Assabiqun Awwalum). Ia adalah saudara perempuan Sayyidah Aisyah dari jalur ayah. Menikah dengan Zubair bin Awwab yang dikenal sebagai salah satu dari orang-orang yang telah dijanjikan masuk surga. Bahkan ia merupakan ibu dari Abdullah bin Zubair yang dikenal sebagai salah satu dari ke empat orang-orang terkemuka dalam bidang Hadits (al Ibadalah al Arbaah). Maka tidaklah mengherankan sekali,jika kelahirannya pula merupakan kelahiran pertama yang dirayakan di Madinah. Dan tak hanya itu saja, ayah, ibu, suami, anak, dan saudara perempuan Asma' bin abu Bakar, merupakan sahabat-sahabat Nabi yang setia.
Ia mempunyai pengalaman yang sangat penting dalam hidupnya. Yaitu di saat ia beranjak meninggalkan rumah Abu Bakar As-Sidik menuju Madinah bersama Rasulullah .Pada saat itu, ia tak menemukan sebuah solusi yang dapat menyelesaikan rasa hausnya di saat melakukan perjalanan jauh bersama para sahabat dan Rasululluh Ia berkata kepada Abu Bakar bahwa ia tidak menemukan sebuah solusi yang dapat membantu permasalahan itu kecuali hanya sebuah tekad saja. Maka menjawablah abu Bakar “selesaikanlah permasalahan itu melalui dua hal.Pertama selesaikan rasa hausmu itu, sedang yang kedua adalah bahwa Hijrah rasulullah itu harus sampai pada tujuan.” Dua permasalahan itulah, pada akhirnya dijuluki sebagai prasasti dua kemampuan.
Abu Jahal pernah berkata kepadanya tentang keberadaan ayah Asma' bin Abu Bakar. Ia mengatakan kepada Abu Jahal Bahwa ia tidak mengetahui keberadaan Ayahnya. Abu Lahab spontan langsung mengusap muka Asma' dan merampas serta membuang perhiasan yang senantiasa menghiasi hidungnya.
Kakeknya yang bernama Abu Khahah juga pernah meminta kepada Asma' harta peninggalan ayahnya setelah melakukan Hijrah bersama Rasulullah .Ia ingin meminta keseluruhan harta itu. Melihat fenomena itu, Asma' bergegas menuju sebuah kotak yang penuh dengan batu dan meletakkan tangan kakeknya itu di atas kotak tersebut. Sehingga sang kakek menyangka bahwa ayah Asma' telah mewariskan harta benda yang sangat banyak kepada Asma'.
Ia merupakan salah satu Sahabat Nabi yang ikut menyaksikan dan mengalami secara langsung perang Yarmuk. Ia melakukan perang itu bersama dengan suaminya (Zubair). Ia meminta kepada anaknya untuk senantiasa menjadi seorang pemberani dan berkemauan keras. Ini terbukti di saat Bani Umayyah hendak membunuh anaknya itu. Pada saat itu sang anak berkata kepada Asma': bahwa ia takut bernasib sama dengan ahli Syam. Asma' spontan menjawab perkataan anaknya itu bahwa “apa yang ditakutkan oleh seekor domba di saat telah di sembelih?"Artinya tidak ada yang perlu ditakutkan di saat nasi telah menjadi bubur, yaitu sebuah keharusan untuk melawan Bani Umayyah.
Dan ketika Al Hijaj bin Yusuf Al Thaqfi yang telah membunuh anaknya mengunjunginya seraya berkata kepadanya “bagaimana mungkin engkau menganggapku sebagai musuh Allah? Maka menjawablah Asma'“di saat engkau telah membunuh anak kandungku itu, maka akhiratmu pasti akan merugi!. Spontan Al Hijaj bin Yusuf membela dirinya, dengan berkata “anakmu telah melakukan kekafiran di muka bumi ini." Namun Asma' membantah perkataan tersebut. Ia berkata dengan sangat lantang "engkau benar-benar seorang pendusta!.”dan tajam.
Dan tak hanya itu saja, ia juga salah satu periwayat Hadits Nabi yang diakui oleh para ahli Hadits. Ia meriwayatkan 56 Hadits Nabi,dan 26 diantaranya terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Banyak sekali para rawi Hadits seperti Ibn Abbas, anak laki-laki Asma' sendiri, Fatimah binti Mundhir, dan para rawi-rawi Hadits lainnya, yang meriwayatkan Hadits dari Asma' bin Abu Bakar tersebut. Dan salah satu yang ia riwayatkan dari Nabi adalah bahwa ia berkata “ibuku telah meninggal dunia dalam keadaan Syirik sebelum masa kedatangan Rasulullah , sedang anak laki-lakinya mati dalam keadaan musyrik setelah masa kenabian Rasulullah. Kemudian aku meminta fatwa kepada Rasulullah , seraya aku berkata kepadanya “bahwa ibuku telah meninggal dunia dalam keadan musyrik, apakah aku harus menshalatinya?. Maka menjawablah Rasulullah.Iya tertentu untuk ibumu.
Asma'bin Abu Bakar meninggal dunia di Mekkah pada usia seratus tahun. Yaitu setelah anak laki-lakinya yang bernama Balyal mati terbunuh. Anehnya pada usia yang begitu lanjut itu, tak ada satu pun giginya yang patah, dan otaknya masih sangat sehat dan berjalan sebagaimana mestinya, tidak sebagaimana orang-orang tua lainnya. Ia merupakan orang Muhajirin yang terakhir meninggal dunia.
MAS
BalasHapus