Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Daftar Nama Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Paling Berpengaruh Hingga Tersusunya Alquran


sahabat terbaik nabi


Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada 632 M, kepemimpinan pemerintahan kemudian dialihkan kepada para sahabat nabi. Para sahabat terbaik nabi tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Diantaranya yaitu :


  • Ali bin Abi Thalib RA

Kisah terbaik dari Ali bin Abi Thalib adalah ketika ia menjadi tameng Nabi Muhammad SAW pada peristiwa hijrah. Ketika itu, umat Islam masih merupakan kelompok minoritas nan lemah di Makkah. Karena terus mendapat gangguan dari kaum kafir, mereka merencanakan hijrah ke Yastrib atau Madinah. Semua rombongan sudah berangkat, kecuali Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. 

Pada malam keberangkatan hijrah, rumah Rasulullah SAW dikepung orang-orang kafir Quraisy untuk membunuh beliau. Saat itu, Ali bin Abi Thalib berperan menggantikan Nabi Muhammad SAW di tempat tidurnya. 

Tindakan itu bertujuan untuk mengelabui para pengepung rumah Rasulullah. Orang-orang kafir menyangka bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur, berbaring di tempat tidurnya, padahal sebenarnya beliau menyelinap, berangkat hijrah bersama Abu Bakar. Yang berbaring di tempat tidurnya tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib. Setelah masa hijrah, Ali bin Abi Thalib menikah dengan putri Rasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra. Ia sangat mencintai istrinya itu, sampai-sampai ia tidak menikah dengan perempuan lain ketika Fatimah masih hidup. 


  • Umar bin Khattab RA

Untuk Umar bin Khattab RA kisah masuk islamnya menjadi kejadian terbaik saat itu. Di puncak kebenciannya pada ajaran Islam, Umar memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Maka disiapkannya pedang yang amat tajam. Tanpa ragu, ia segera menuju rumah Rasulullah SAW.

Di perjalanan, ia bertemu dengan lelaki bernama Nu’aim bin Abdullah an-Nuham al-Adawi.

“Mau ke manakah engkau wahai Umar?” sapanya.

“Aku hendak menghabisi Muhammad!” jawab Umar lantang.

“Bagaimana engkau bisa aman dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika kau membunuh Muhammad?” ucap Nu’aim.

“Sepertinya engkau juga telah meninggalkan agamamu,” Umar berkomentar.

Salah tingkah karena dicurigai, Nu’aim mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Maukah ku kabarkan kepadamu sesuatu yang lebih mencengangkanmu Umar? Saudarimu beserta suaminya pun telah meninggalkan agama yang kau yakini,” tutur Nu’aim.

Kabar itu begitu mengejutkannya hingga ia tak mampu berkata. Lelaki yang dikenal dengan wataknya yang keras itu akhirnya mengubah rute menuju kediaman Fatimah, saudarinya.

Benar saja, sesampainya di sana, Umar mendengar lantunan Al-Qur’an sedang dibacakan Khabab bin al-Arat kepada Sa’ad dan Fatimah binti al-Khattab.

Menyadari kedatangan Umar, Khabab segera menyelinap ke dalam, sedangkan lembaran kitab suci itu disembunyikan oleh Fatimah.

“Bisik-bisik apa yang kudengar dari dalam rumah kalian?” bentak Umar.

“Hanya percakapan biasa saja di antara kami,” ucap Fatimah dan suaminya.

“Jangan-jangan kalian telah menganut agama baru itu.”

Maka sang ipar berkata, “Hai Umar, bagaimana menurutmu jika kebenaran ada di luar agamamu?”

Umar geram, ia segera lompat dan menginjak Sa’ad. Fatimah yang menyaksikan suaminya diperlakukan kasar berupaya melerai, namun hantaman pukulan justru mengenai Fatimah hingga wajahnya berdarah.

Sang adik kemudian berkata, “Wahai Umar jika memang kebenaran itu berada di luar agamamu, bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”

Melihat adiknya terluka, Umar mulai menyesal dan malu, ia lalu berkata, “Coba berikan padamu al-Kitab yang tadi engkau baca.”

“Tidak, engkau orang najis, Al-Kitab ini hanya boleh disentuh oleh orang orang-orang suci. Pergilah mandi dulu.”

Umar akhirnya bergegas mandi kemudian barulah mengambil Kitab itu dan membaca “Bismillahirrahmaanirrahim.”

“Betapa indah dan sucinya kalimat ini,” komentar Umar.

Ia kemudian membaca surah Taha, saat selesai di ayat 14, Umar kembali terkagum-kagum, “Indah dan mulia sekali kalam ini. Antarkanlah aku menemui Muhammad.”

Khabab yang mendengar pernyataan Umar segera keluar dari persembunyiannya, “Berbahagialah hai Umar, aku benar-benar berharap agar doa Rasulullah SAW pada malam Kamis itu terkabul pada dirimu.”

Maka berangkatlah Umar menuju Darul Arqam, sebuah tempat di kaki bukit Shafa. Tempat Rasulullah SAW berdakwah kepada para sahabatnya. Kali ini Umar bukan bermaksud membunuh Nabi, melainkan bersyahadat dan menyatakan keislamannya.

Sesampainya di sana, Umar mengetuk pintu. Seorang sahabat mengintip dari celah-celah pintu. Dilihatnya Umar berdiri tegak dengan pedang di pinggangnya. Seluruh isi rumah panik. Mereka berkumpul hendak melindungi Nabi SAW.

“Ada apa dengan kalian?” ucap Hamzah bin Abdul Muthalib.

“Umar datang,” jawab mereka.

“Memangnya kenapa dengan Umar? Buka pintunya. Jika dia bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Jika dia bermaksud buruk, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri,” ucap Hamzah yang saat itu baru memeluk Islam selama tiga hari.

Maka, dibukalah pintu, Umar masuk dan Rasulullah SAW menemui Umar. Beliau memegang baju dan hulu pedang Umar, lalu menariknya keras-keras seraya berkata, “Tidakkah engkau mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, sampai Allah mendatangkan kehinaan kepadamu seperti yang menimpa Walid bin Mughirah? Ya Allah, inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab.”

“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Engkau adalah utusan Allah,” ucap Umar begitu yakin.

Haru biru menyelimuti Darul Arqam, seluruh sahabat bertakbir bahagia menyambut keislaman Umar, suara mereka begitu lantang hingga terdengar ke Masjidil Haram.

Demikianlah, sejak saat itu Umar bin Khattab resmi berada di barisan Islam. Kekuatan kaum musyrikin Makkah semakin meredup, sedangkan cahaya Islam makin kuat dengan keberadaan Umar.


  • Abu Bakar As-Shidiq RA

Peran pentingnya pada waktu proses pengumpulan mushaf. Abu Bakar terlibat dalam pertempuran melawan pemberontak dan Nabi Palsu, atau dikenal sebagai Perang Yamamah. Di akhir pertempuran, banyak penghafal Alquran yang gugur, hingga membuat Umar bin Khattab resah. 

Pasalnya, pada masa itu, Alquran masih menyebar di kalangan sahabat, di mana sebagian dari mereka hanya menghafal dan tidak mencatatnya. Melihat itu, Umar meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan (kodifikasi) Alquran dalam satu mushaf. 

Tulisan Alquran kemudian dikumpulkan dari para penghafal dan media tulis seperti tulang dan kulit untuk disimpan oleh Abu Bakar. Dengan demikian, Abu Bakar juga memiliki peran dalam pelestarian teks-teks tertulis Alquran.


  • Utsman bin Affan RA

Sahabat yang mengumpulkan mushaf menjadi al quran. Pada masa pemerintahan Utsman, seorang sahabat yang bernama Hudzaifah datang kepada Utsman dan menyampaikan kondisi umat Islam saat itu. Dimana banyak umat Islam yang saling berselisih paham mengenai Al-Quran.

Menanggapi masalah tersebut, Utsman memutuskan untuk meminta Hafshah membawakan lembaran Al-Quran yang ada padanya. Selanjutnya, Utsman memberikan lembaran tersebut kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Haris untuk menyalin al-Quran tersebut menjadi satu kitab.

Hasil dari salinan tersebutlah yang dikenal sebagai Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani atau Al-Quran yang ditulis dengan penulisan Khalifah Utsman bin Affan. Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani masih terus dipakai sampai saat ini.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Daftar Nama Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Paling Berpengaruh Hingga Tersusunya Alquran"