Kisah Yahya Ayyasy dan Mahmud Abu Hunud
Yahya Ayyasy
Nama lengkapnya adalah Yahya Abdul Lathif Ayyasy.
Lahir pada tahun 1966 di desa Rafat, sebuah desa yang ada di wilayah Thulkurm,Palestina.
Kantor urusan waqaf memberikan penghargaan kepada Yahya Ayyasy karena prestasinya dalam bidang membaca dan menghafal Al-Qur'an.
Pada tahun 1989, dia lulus dari Jurusan Tekhnik Listrik Universitas Bir Zaid.
Setelah itu dia mengajukan permohonan izin untuk pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Permohonan izin tersebut ditolak oleh pemerintah Israel.
Pada tahun 1991, dia menikah dengan puteri pamannya. Pernikahannya dikaruniai dua putera yaitu Bara' dan Abdul Lathif.
Sejak tahun 1993, dia menjadi anggota Persatuan Insinyur Yordania.
Dia adalah ahli perakit bom pada pasukan pimpinan Izzuddin Al Qassam. Pasukan pimpinan Izzuddin Al Qassam adalah merupakan sayap militer kelompok Hamas.
Dia merencanakan sebelas usaha Isytisyhad (bom bunuh diri). Dia melaksanakan rencana tersebut pada bulan April 1994 sampai Nopember 1995. Usahanya itu berhasil menyebabkan kematian 410 orang Yahudi.
Israel telah tiga kali melakukan usaha pembunuhan terhadapnya.
Yahya Ayyasy selalu bersembunyi dari kejaran pemerintah Israel. Dia bersembunyi di rumah salah seorang kawannya yang bernama Usamah Hamad selama empat bulan. Setiap kali dia keluar rumah, dia selalu menyamar dalam bentuk yang berbeda-beda. Kadang dia menyamar seperti orang tua, kadang seperti orang Yahudi yang arogan dan kadang seperti orang Yahudi yang membawa senjata.
Di antara ucapan-ucapannya yang terkenal adalah, “Sesungguhnya peperangan melawan Israel harus terus dilakukan sampai mereka keluar dari bumi Palestina.”
Israel memasang bahan peledak seberat lima puluh gram di telepon genggam yang ia ambil dari kawannya yang bernama Usamah. Usamah menerima telepon tersebut dari pamannya. Paman Usamah adalah satu-satunya orang yang mengetahui tempat persembunyiannya di rumah Usamah. Paman Usamah mengambil telepon dari Usamah kemudian memberikannya kembali. Suatu saat, Ayyasy merasa curiga kalau orang Yahudi memasang bahan peledak di teleponnya. Ayyasy membuka telepon tersebut dan dia tidak mendapatkan sesuatu yang mencurigakan. Pada tanggal 5 Januari 1996, Yahya Ayyasy sedang menunggu pembicaraan telepon dari ayahnya. Karena aliran telepon di wilayah tersebut sedang tidak aktif, maka ayah Ayyasy menghubunginya lewat telepon genggam. Telepon yang sedang dipakai oleh Ayyasy tersebut tiba-tiba meledak. Ternyata pada telpon genggam yang ia gunakan terdapat bahan peledaknya. Bom yang terdapat di telepon genggamnya dikendalikan oleh pasukan Israel dari kejauhan yaitu dari dalam pesawat. Anggota tubuh Yahya Ayyasy langsung berserakan, lehernya terputus. Selain itu wajah sebelah kanannya yang berada tepat di atas telepon genggam juga ikut hancur.
Orang-orang yang mengantar jenazah Yahya Ayyasy jumlahnya hampir mencapai 250.000 orang. Jenazahnya dibawa dari masjid Palestina di kota Ghaza menuju ke pemakaman. Jenazahnya diantar oleh orang-orang sejauh 4 km dan membutuhkan waktu sekitar lima jam. Para anggota kelompok Hamas saling menembakkan peluru ke udara. Para pengantar jenazah juga selalu mengucapkan kalimat,“Allahu Akbar”, dan kalimat, “Bersiap-siaplah kamu, wahai Simon Perez untuk menemui ajalmu!”
Sebuah sumber Palestina menyebutkan bahwa ada sekitar dua puluh lima keluarga yang memberikan nama anaknya yang lahir pada hari itu dengan nama Yahya Ayyasy. Bayi-bayi yang diberi nama Yahya Ayyasy adalah yang lahir pada hari Jum'at, Sabtu, Ahad dan Senin setelah kematian Yahya Ayaysy.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel yang bernama Musa Sahl berkata, "Setelah kematian Yahya Ayyasy,sekarang Israel bisa bernafas lega,."
Simon Rumeh mantan pimpinan pasukan berkata, “Sesuatu yang sangat saya sayangkan adalah keheranan dan penghargaan saya kepada orang ini (Yahya Ayyasy). Dia adalah orang yang mempunyai keahlian yang luar biasa dalam melaksanakan tugasnya. Dia memiliki kecekatan yang tinggi, tabah , selalu bersemangat tanpa henti."
Mahmud Abu Hunud
Nama lengkapnya adalah Mahmud Muhammad Ahmad Abu Hunud Syauli.
Lahir pada tanggal 1 Juli 1967 di desa Ashirah bagian utara yang terletak di propinsi Nablis.
Mahmud Abu Hunud ikut dalam Intifadhah (perjuangan rakyat Palestina) yang pertama tahun 1987. Pada tahun 1988, dia menderita luka yang sangat parah. Dia menderita, ketika terjadi baku tembak antara pasukan Intifadhah dengan pasukan Israel.
Dia pernah dipenjara selama enam bulan oleh Israel di penjara Masdo yang sangat terkenal. Sekeluarnya dari penjara dia menjadi anggota yang sangat semangat dalam kelompok Hamas di Nablis.
Dia adalah merupakan salah seorang aktivis Hamas dan Jihad Islami yang diusir ke pengembalaan Az-Zuhur Lebanon bagian selatan pada tahun 1992.
Mahmud Abu Hunud berkenalan dengan Muhyidin Syarif,Adil Iwadullah dan Imad Iwadullah. Setelah kematian mereka Mahmud Abu Hunud menjadi buronan Israel nomor satu di tepi barat. Israel berusaha menangkap Mahmud Abu Hunud karena adanya laporan bahwa dia berada di belakang serangkaian bom bunuh diri.
Berita kematian Yahya Ayyasy sampai ke telinga Mahmud Abu Hunud pada pagi hari tanggal 5 Januari 1996. Mendengar berita ini, Mahmud Abu Hunud dan teman-temannya menangis dengan sangat tersedu-sedu.Mereka tidak makan selama tiga hari karena sedih atas kematian Yahya Ayyasy. Mahmud Abu Hunud berkata, “Walaupun kami berada di persembunyian,tetapi darah Yahya Ayyasy yang panas selalu mengalir pada perjuangan dan iman kami."
Dalam masa pengejaran, hari-hari Yahya Assasy dihabiskan di pegunungan dan di antara pohon-pohon zaitun. Dia jarang sekali tinggal dirumah.Mahmud Abu Hunud bisa tidur walaupun di bawah pepohonan dalam suasana hujan lebat dan cuaca yang sangat dingin. Dia tidak pernah tidur nyenyak. Dia hanya tidur dengan menyandarkan badannya ke pohon zaitun atau ke batu. Dia tidak pernah tidur lama agar tidak mendengkur dan kehilangan kewaspadaan. Beberapa pejabat Israel menggambarkan dia seperti siluman yang bisa muncul pada tempat yang berbeda-beda. Dia mempunyai keahlian dalam menyamar disebabkan rambutnya berwarna blonde dan kedua matanya yang berwarna biru.
Pada bulan Ramadhan tahun 1996, dia bertekad untuk melewati malam Lailatul Qadar dan Masjid Al-Aqsha. Beberapa saudaranya melarang Mahmud Abu Hunud agar tidak melakukan demikian, tetapi dia menolaknya. Dia berhasil menyusup ke Masjidil Aqsha dan melewati malam Lailatul Qadar di sana. Pada pagi hari raya Idul Fitri dia kembali ke tempat persembunyiannya.
Dia sangat tidak senang kalau di ambil gambarnya dalam keadaan membawa senjata. Alasan Mahmud Abu Hunud melakukan demikian karena dirinya takut riya.
Suatu saat Mahmud Abu Hunud berada di suatu tempat dengan membawa senjata. Tiba-tiba dikejutkan dengan pasukan Israel yang mengepung rumahnya dan ingin menggeledah rumah. Dia langsung meletakkan senjatanya di pojok kamar, kemudian berdo'a kepada Allah 5. Dalam do'anya dia berharap agar anak-anak dan pemilik rumah selamat. Tiba-tiba beberapa detik kemudian pasukan Israel meninggalkan rumah dengan cepat dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kepergian mereka.
Pada tahun 1996, dia ditangkap oleh pemerintah Palestina. Di dalam penjara dia melarikan diri. Dengan demikian dia menjadi target penangkapan pemerintah Palestina dan Israel dalam waktu yang bersamaan.
Pada tanggal 27 Agustus 2000,pasukan Israel mengepung kampungnya. Sebagian pasukan mengepung rumah bibinya tempat di mana dia tinggal. Dengan keberaniannya dia langsung melepaskantembakan ke arah pasukan Israel sampai pelurunya habis. Penyerangannya menyebabkan terbunuhnya tiga tentara Yahudi dan sebagian lain menderita luka-luka. Walaupun dia terkena tembakan berkali-kali, dia tetap mampu bertahan. Mahmud Abu Hunud pergi meninggalkan desanya menuju rumah sakit Nablis. Sesampainya di rumah sakit,pihak keamanan Palestina menangkapnya. Tragedi di atas adalah merupakan usaha pembunuhan yang pertama terhadap diri Mahmud Abu Hunud.
Pengadilan Palestina mengadilinya selama beberapa menit. Oleh pengadilan tersebut, dia dijatuhi hukuman penjara selama dua belas tahun.
Pada tanggal 20 Mei 2001, pasukan Israel menyerang penjara pusat di kota Nablis. Ketika sedang berlangsung penyerangan, Mahmud Abu Hunud berada di dalam penjara tersebut. Kejadian tadi merupakan usaha pembunuhan yang kedua terhadap Mahmud Abu Hunud. Kaliini dia juga berhasil keluar dari reruntuhan penjara dan kembali melakukan jihadnya.
Pada tanggal 23 Nopember 2001,pasukan Israel melepaskan granat kearah mobilnya sebanyak lima kali. Dia berusaha untuk melarikan diri ke pegunungan yang berada dekat dari tempat kejadian. Saat dia berusaha untuk melarikan diri, pasukan Israel langsung menyambutnya dengan sebuah senjata berat. Jasadnya berubah menjadi potongan-potongan daging. Badannya tidak bisa lagi untuk dikenali kecuali kepala bagian belakang dan beberapa bagian tubuhnya saja. Dua orang saudara kandungnya yaitu Aiman dan Mahmud Hasyaikah juga ikut gugur bersama Mahmud Abu Hunud sebagai syahid. Kedua badan saudara Mahmud Abu Hunud berubah menjadi arang dan mengeluarkan asap.
Nama Muhammad Abu Hunud menyebabkan rasa takut tersendiri terhadap orang Yahudi. Orang Yahudi selalu merasa takut ketika mendengar namanya kalau ingat akan bom bunuh diri yang dilakukan oleh Mahmud Abu Hunud. Kejadian bom bunuh diri yang dilakukan oleh Mahmud Abu Hunud berada di pasar Muhayanah Yahuda yang sangat terkenal dan menyebabkan terbunuhnya 16 orang Yahudi.
Kelompok Pergerakan Hamas menyatakan berbela sungkawa atas kematian Mahmud Abu Hunud. Setelah kematian Mahmud Abu Hunud kelompok Hamas mengeluarkan pernyataan resmi. Pernyataan resmi dari Hamas menyatakan bahwa, “Murid-murid Mahmud Abu Hunud akan selalu muncul dan akan menggantikan posisinya."
Setelah kematian Mahmud Abu Hunud,ibunya berdo'a, "Allah meridhai atas kematiannya. Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku atas kematian Mahmud Abu Hunud sebagai syahid. Selama bertahun-tahun dia mendambakan mati syahid. Saya bersyukur karena anakku meninggal dunia tidak dalam keadaan hina. Dia selalu berjuang dengan semua kemampuannya. Allah dan ibunya meridhai kepergiannya."
Posting Komentar untuk "Kisah Yahya Ayyasy dan Mahmud Abu Hunud"