Kisah Quthuz dan Bibers
Quthuz
Nama lengkapnya adalah Quthuz bin Abdullah Al-Mua'zzi dan ada juga yang mengatakan namanya adalah Muhammad bin Mamdud.
Julukannya adalah Al-Muzhaffar (orang yang selalu menang) dan Saifuddin (pedangnya Agama).
Lahir di Khawarzim.
Warna kulitnya putih kemerah-merahan dan jenggotnya sangat tebal.
Pada masa kecilnya, Quthuz pernah ditawan, tepatnya setelah kekalahan orang-orang Khawarzhim dari pasukan Tartar. Dia adalah anak laki-laki dari saudara perempuannya Raja Khawarzim. Setelah itu dia dijual ke Damaskus dan dibeli oleh Abeik. Setelah Abeik mengetahui akan ketaatan dan keikhlasan Quthuz, dia memasukkannya ke dalam keluarga besar kerajaan.
Quthuz adalah orang yang selalu menjaga shalat dan sekalipun dia tidak pernah mencicipi minuman keras.
Dia memiliki keberanian dan kecerdasan yang tinggi.
Setelah pernikahan tuannya yaitu Abeik dengan Syajarah Ad-Dur, dia bersama tuannya pindah ke Mesir. Abeik selanjutnya menjadi raja di sana.
Di kalangan orang-orang Mesir, Quthuz terkenal dengan keshalehan, keberanian, dan keikhlasan. Dengan sifat-sifat yang ia miliki, ia dicintai oleh mereka.
Atabik mengangkatnya sebagai anggota pasukan. Setelah diketahui bahwa pasukan Tatar sudah mendekati Mesir, dia diangkat sebagai wakil kepolisian. Quthuz berhasil mengamankan Mesir dari serangan raja Louis IX yang beragama Kristen. Quthuz menawannya dan menempatkannya di rumah Ibn Lukman di Manshurah.
Setelah kematian Abeik, puteranya yang baru berumur 15 tahun diangkat sebagai penggantinya. Putera Abeik mempercayakan kepada Quthuz untuk mengambil alih jabatannya dalam bidang administrasi dan militer. Putera Abeik melakukan demikian supaya dia bisa dengan bebas menikmati hobinya.
Quthuz akhirnya menangkap sultan Ali bin Abeik yang masih muda dan suka berhura-hura.
Para petinggi kerajaan berkumpul, masing-masing meyakinkan yang lain bahwa untuk berperang melawan Tatar sangat dibutuhkan seorang raja. Kalau kemenangan dapat diraih, mereka sepakat akan mengangkat seorang pemimpin dan mereka pun akan membai'atinya.
Setelah Quthuz berhasil menguasai Damaskus,raja Holako mengirimkan utusan kepadanya. Lewat utusan tersebut Holako mengancam Quthuz jika dia tidak mau menyerah. Quthuz langsung membunuh utusannya dan menggantung kepala-kepala mereka di samping pintu.
Pada tahun 658 H, Quthuz dengan pasukannya berangkat untuk berperang melawan pasukan Tatar. Quthuz menjumpai pasukan Tatar di tempat penggembalaan Pisan, suatu tempat yang dikenal dengan Ain Jalut. Pertempuran dengan Tatar berlangsung selama empat hari. Dia dan komandan pasukannya yaitu Bebris selalu mengejutkan pasukan Tatar dengan strategi yang baru dari waktu ke waktu. Dalam pertempuran tersebut, kudanya terbunuh dan dia berperang dengan berjalan kaki sambil mengayunkan pedangnya. Walaupun salah seorang bawahannya menawarkan untuk menaiki kudanya, dia tetap menolak. Dia berkata, “Saya tidak menghalangimu untuk memberikan manfaat kepada orang Islam". Dia mulai berperang dan memanggil orang-orang Islam, "Belalah Islam!" Dalam pertempuran tersebut pasukan Tatar dapat dikalahkan.
Dalam suatu perjalanannya menuju Kairo pada tahun 658 H, dia dibunuh oleh salah seorang pegawai kerajaan. Dia dikuburkan di Qhashir,tetapi kemudian jenazahnya dipindahkan di Kairo. Kuburannya sering diziarahi oleh orang. Setelah Bebris diangkat sebagai raja, dia menyamarkan kuburannya terhadap manusia dan setelah itu tidak diketahui lagi di mana lagi tempatnya.
Bibers
Nama lengkapnya adalah Bebris Al-Bandaqari.
Julukannya adalah Azh-Zhahir Ruknuddin (yang selalu menang dan sebagai penopang Agama).
Lahir pada tahun 625 H di Qoijaq di wilayah Chechnya. Penduduk Chechnya sangat terkenal dengan keberanian dan keperkasaannya.
Setelah serangan Mongolia pada tahun 640 H, dia ditawan dan dia saat itu masih kecil. Dia dijual ke Damaskus dan dibeli oleh Pangeran Alauddin salah seorang budak Raja Shaleh Najmuddin Ayyub. Setelah Raja ini dibebaskan dari penjara, dia pergi ke Mesir dan membawa Bebris. Di sana, Bebris melayani Raja Shaleh Najmuddin Ayyub.
Dia memiliki kecerdasan dan cita-cita yang sangat tinggi.
Pada tahun 644 H,Raja Shaleh Najmuddin Ayyub menjadikannya sebagai komandan pengawal pribadinya. Setelah itu Raja Shaleh Najmuddin Ayyub memerdekakannya.
Shaleh Najmuddin Ayyub kemudian ditunjuk sebagai komandan militer di Mesir.
Setelah dia beberapa kali menduduki jabatan dan jasanya yang besar terhadap Mesir dalam pertempuran melawan Raja Louis IX, dia diangkat sebagai komandan militer kerajaan.
Setelah Izzuddin Abaik menguasai pemerintahan, dia dan beberapa anggota kerajaan melarikan diri ke Syam. Penyebab lain dari melarikan diri ke Syam adalah karena dia telah membunuh komandan pasukan Izzuddin.
Ketika Bebris mengetahui pasukan Tatar yang datang semakin dekat, dia meminta jaminan keamanan kepada Quthuz. Quthuz mengabulkan permohonannya, kemudian mengangkatnya sebagai komandan pasukan.
Dia memperlihatkan keberanian dan kecerdikannya dengan selalu merubah strategi berperang dari waktu ke waktu. Khususnya, dalam peperangan Ain Jalut bersama komandan pasukannya yaitu Quthuz sehingga tercapai kemenangan.
Dengan kesepakatan dan bai'at dari para petinggi kerajaan dia diangkat sebagai penguasa pasca syahidnya Raja Al-Muzhaffar.
Setelah dia bernegosiasi dengan salah seorang menterinya yaitu Zainuddin bin Zubeir, dia merubah julukannya dari Al Qahir (penakluk) menjadi Azh Zhahir (pemenang). Alasannya adalah karena orang yang dijuluki dengan julukan Al Qahir tidak selalu berhasil.
Dia sangat dicintai oleh rakyat karena menghapus peraturan pungutan pajak yang pernah diwajibkan kepada mereka oleh Quthuz. Dia menstabilkan keamanan di segala penjuru negara dan mempersatu-kannya. Dia juga pergi sendiri ke Syam untuk menyelesaikan perpecahan dan perselisihan antar sebagian pejabat di sana.
Dia bermaksud untuk mengembalikan kekhilafahan,maka dia memilih Ahmad bin Imam An-Naser dari Bani Abbasiyah dan dia berharap agar orang-orang mau membai'atnya sebagai khalifah. Dia mencetak uang dan menulis namanya dan nama khalifah itu pada uang tersebut. Di salah satu sisi mata uang itu, dia menulis nama khalifah Ali dan di sisi yang lain, dia menulis nama Sultan Azh-Zhahir.
Dia memerangi orang-orang Salib di Syam dan berhasil mengalahkan mereka. Selain itu, dia juga mengadakan perjanjian damai dengan sebagian mereka.
Bibers memerangi kelompok Khasas dari golongan Ismailiyah yang beraliran Syi'ah. Alasan Bebris memerangi mereka adalah karena mereka dengki dan selalu memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dia berhasil menguasai benteng-benteng mereka yang terletak di Suria Bagian Utara. Kemudian dia memindahkan sebagian mereka ke Mesir dan memanfaat-kan mereka dalam kepentingan tertentu.
Pada tahun 675 H, dia berangkat dari Mesir memimpin pasukan yang sangat besar untuk menguasai kerajaan Romawi. Dalam perjalanannya ke Romawi,dia mendapatkan berita tentang persekutuan antara mereka dengan Tatar untuk menghadapi pasukan Islam. Mendengar berita demikian, dia mempersiapkan pasukan untuk menghadapi mereka. Dalam pertempuran tersebut Bebris mendapatkan suatu kemenangan yang gemilang yang belum pernah dicapai orang-orang Tartar.
Bibers menaklukkan wilayah-wilayah Nubah dan Danqolah yang belum ada seorang pun yang berhasil menaklukkan wilayah-wilayah tersebut sebelumnya.
Dia bersekutu dengan Kaisar Byzantium, Raja Shiqiliyah, Thasthaniyah, Arjuna,Fons dan Raja Asybelia. Antara dia dan raja-raja wilayah tersebut, saling mengirimkan hadiah sehingga menjadi kuatlah hubungan di antara mereka.
Dia turun sendiri ke Hijaz untuk memuliakan penduduk dan mendamaikan di antara mereka.
Bibers sangat perhatian dengan pembaharuan-pembaharuan di dalam kerajaan. Dia mengembangkan tekhnik bertani dan mendirikan pasar-pasar untuk tempat berdagang dengan orang-orangluar.Dia mendirikan beberapa sekolah dan masjid dalam bentuk yang sangat indah, modern dan mewah. Di Damaskus dia mendirikan perpustakaan Azh-Zhahiriyah dan dia juga mendirikan sebuah masjid dengan atas namanya di Mesir.
Dia sangat gemar terhadap keilmuan dan tidak pernah minum minuman keras.
Dia meninggal dunia di Damaskus pada tahun 676 H dan dikuburkan di sana. Kuburannya sampai hari ini masih ada dan selalu diziarahi oleh orang.
Posting Komentar untuk "Kisah Quthuz dan Bibers "