Kisah Marwan Hadid dan Kamal As-Sananiri
Marwan Hadid
Namanya adalah Marwan Khalid Hadid.
Lahir pada tahun 1938 di kota Humah, Damaskus.
Dia belajar ilmu Agama, di sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang terdapat di kota Humah.
Dia pergi ke Kairo untuk belajar di Fakultas Pertanian. Setelah dia lulus, kemudian dia kembali ke Suria.
Selama berada di Mesir, dia berkenalan dengan murid-murid Hasan Al Banna.Kemudian setelah itu dia bergabung dengan organisasi Ikhwanul Muslimin.
Sewaktu dia masih belajar di SMA, dia mengorganisir teman-temannya untuk berdemonstrasi melawan pengikut Jamal Abdul Nasser yang berkuasa di Suria.
Dengan alasan untuk membela kepentingan orang Islam, dia diadili di kota Himsh. Semua hak-haknya dihapuskan oleh Partai Ba'ts yang berkuasa di Suria. Dia juga tidak lagi dianggap sebagai warga negara Suria, serta dilarang untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan. Setelah itu, dia dipenjara di penjara Tadamur Ash-Shahrawi. Di dalam penjara,dia disiksa dengan dicabut kuku-kukunya. Di sampingitu, dia juga ditempatkan di sebuah sel yang penuhi dengan air dan airnya disetrum dengan listrik. Pengaruh dari siksaan tersebut, daging kedua mata kakinya berceceran dan tulangnya kelihatan karena sering dipukuli.
Pada tahun 1967 dia dibebaskan. Pada tahun itu negara Suria baru saja mendapatkan kekalahan dari orang-orang Yahudi. Kekalahan tersebut menyebabkan lepasnya beberapa daerah Suria ke tangan Yahudi.
Bersama sejumlah teman-temannya dari para pemuda yang ingin berjihad, mereka menuju Palestina. Tujuannya adalah untuk berjihad dan membebaskan Palestina. Di sana mereka melakukan serangkaian serangan dan mendapatkan hasil yang gemilang.
Para penguasa yang zhalim telah empat kali melakukan usaha pembunuhan terhadapnya, tetapi mereka selalu gagal.
Dia selalu mendo'akan kepada orang yang mengharapkan do'anya, “Semoga Allah memberikan kesempatan kepada anda untuk mendapatkan mati syahid dalam berjuang di jalan-Nya.”
Marwan Hadid menulis sebuah buku yang berjudul Al-Jihadu fi Sabilillah, tetapi tulisannya itu sampai sekarang belum dipublikasikan. Dia juga menulis surat yang ditujukan kepada para ulama yang ada di Suria dan lainnya. Selain itu, dia juga menulis beberapa artikel.
Diantara sya'ir-sya'irnya adalah,
Bunuhlah jiwaku, robeklah dadaku, dan alirkanlah darahku.
Kalian tidak mungkin akan bisa hidup di atas bumiku, kalian juga tidak mungkin akan mampu terbang di langitku.
Kalian adalah orang-orang yang najis dan dipenuhi dengan kefasikan, kalian adalah orang-orang yang ada di balik semua bencana.
Kalian adalah laksana orang kafir nan pengkhianat, tujuan kalian adalah selalu berusaha untuk memadamkan cahaya kebenaran.
Bisa (racun) kalian masih selalu menjalar di tubuhku, laksana ular-ular yang berbisa yang berada di tempat persembunyiannya.
Mataku mampu melihat dengan jelas kedengkian kalian terhadap diriku, kalian tidak mungkin akan dapat hidup dalam kejernihan.
Kalian sangat membenci hatiku, pembunuhan kalian terhadap diriku adalah merupakan obat bagiku.
Pada jam tujuh pagi tanggal 1 Juli 1975, dinas Intelejen Suria menyerang rumah-rumah yang ada di Damaskus.Antara Marwan Hadid dengan para penguasa yang zhalim terjadi suatu pertempuran yang sangat sengit. Pemerintah dibantu dengan pasukan khusus yang dilengkapi dengan pesawat tempur dan tangga-tangga pemadam kebakaran yang modern. Pertempuran tersebut berakhir sekitar jam 16.30 dan seorang pengikut Marwan Hadid gugur sebagai syahid dan yang lainnya ditawan. Di antara orang yang ditawan adalah Marwan Hadid. Ketika dia ditawan, dia sedang pingsan karena menahan sakit luka-lukanya. Banyak dari tentara pemerintah yang terbunuh, tetapi hal ini mereka rahasiakan.Pemerintah kemudian membebaskan isterinya Marwan Hadid dan puterinya yang masih kecil setelah beberapa hari ditahan. Sedangkan Marwan Hadid dan pengikutnya tetap menerima berbagai macam siksaan.
Pemerintah sengaja tidak membawa Marwan Hadid ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Pemerintah baru mau membawanya ke rumah sakit setelah menerima laporan dari dokter bahwa nyawanya sudah tidak mungkin lagi untuk diselamatkan. Pemerintah memanggil saudara kandungnya agar menemuinya di saat-saat terakhir dia menghembuskan nafasnya. Saudara kandung Marwan Hadid datang bersama isteri dan saudara perempuannya. Pemerintah tidak membolehkan keluarganya untuk menemui Marwan Hamid kecuali setelah mereka menunggu selama tiga hari.
Setelah dikunjungi oleh keluarganya, kondisi kesehatan Marwan Hadid mulai membaik. Peredaran darahnya masih berjalan secara normal. Allah menjadikan angan-angan dan usaha musuhnya kembali tanpa mendapatkan hasil.
Dinas Intelejen Suria menyarankan agar dia diberi suntikan hewan supaya tidak merasa sakit. Suntikan tersebut sangat mengganggunya dan dia merasa kesakitan. Di samping itu, dia juga tidak bisa tidur dan kondisi kesehatannya semakin menurun. Ketika keluarganya berusaha untuk menanyakan hal ini kepada Dinas Intelejen, mereka tidak mau mengakuinya. Di saat keluarga Marwan Hamid tidak ada, para pegawai Dinas Intelejen berusaha untuk memberikan lagi suntikan tersebut, tetapi dia menolak. Walapun seperti itu, kondisi kesehatannya tetap semakin memburuk.
Pada pagi hari,keluarga Marwan Hadid mendapatinya dalam keadaan pingsan.Para pegawai Dinas Intelejen beralasan bahwa penyebab pingsannya adalah karena dia jatuh dari ranjang. Dalam kondisi seperti ini, saudara kandungnya berteriak-teriak ingin menolongnya.Ketika para pegawai Dinas Intelejen mengetahui hal ini, mereka baru mau melakukan operasi untuk membersihkan perutnya. Namun demikian, kesehatannya tetap semakin memburuk dan menurun pula denyut jantungnya. Akhirnya mereka baru mau membawa Marwan Hadid ke Rumah Sakit Hersta untuk menyelamatkan nyawanya.Dengan alasan mobilnya mogok, dia berada dalam perjalanan selama empat jam. Di rumah sakit Hersta dia mendapatkan perawatan yang optimal sehingga kesehatannya mulai membaik. Denyut jantungnya juga kembali normal, tetapi dia memberi isyarat bahwa lehernya sakit.
Pada saat saudara Marwan Hadid meninggalkannya di waktu tengah malam, kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Pada jam delapan pagi hari berikutnya, dia menelepon para pegawai Dinas Intelejen Suria untuk meminta izin agar mereka membolehkannya menghadirkan seorang dokter.Para pegawai Dinas Intelejen tidak keberatan dengan usulan tersebut. Anehnya, ketika saudaranya sampai di rumah sakit,dia mendapati Marwan Hadid sudah meninggal dunia. Mereka beralasan bahwa Marwan Hadid meninggal dunia karena jatuh dari ranjang.
Para pegawai Dinas Intelejen mereka mengakui bahwa ketika mereka masukke ruangan Marwan Hadid, mereka mendapatinya dalam keadaan telanjang tanpa memakai selimut dan tangannya menutupi aurat. Di badannya terdapat dua memar. Salah satu memarnya terdapat di dada dan yang lain terdapat di punggungnya. Mereka langsung menutupi jasadnya karena pihak keluarga tidak percaya terhadap alasan mereka. Mereka beralasan bahwa memar yang ada di dada adalah pengaruh dari suntikan yang diberikan kepadanya. Reaksi suntikan tersebut menyebabkan dia cepat hidup atau mati. Sedangkan memar yang ada di punggung karena bekas jatuh dari ranjang.
Keluarganya melihat dengan jelas sebuah cahaya mengelilingi jenazah Marwan Hadid. Selain itu aroma wangi juga tercium dari tubuhnya. Seakan-akan dia dalam kesehatan yang sempurna dan sedang berbahagia di malam pengantin.
Waktu yang sudah ditentukan untuk penguburan jenazahnya adalah setelah Ashar. Keluarganya sangat terkejut ketika tiba-tiba Dinas Intelejen Suria membawanya untuk dikubur setelah shalat Zhuhur. Mereka beralasan, setelah shalat Ashar mereka sibuk.
Begitu orang-orang yang melakukan shalat jenazah mengetahui bahwa yang mereka shalati adalah jenazahnya Marwan Hadid, orang-orang yang tidak ikut shalat langsung berbondong-bondong untuk ikut menyalatinya.Mereka tidak mempedulikan kalau di sekeliling jasadnya terdapat pasukan dengan persenjataan yang lengkap.
Dinas Intelejen Suria melarang keluarga Marwan Hadid untuk mengantar jenazah dengan mobil-mobil mereka. Namun demikian, orang-orang tetap pergi dan menerobos pasukan yang menjaga jenazah. Para pegawai Dinas Intelejen kemudian membubarkan dengan paksa kerumunan orang-orang yang sedang merasa sedih itu. Mereka langsung membawa jenazahnya ke peristirahatan yang terakhir.Setelah Marwan Hadid dikubur, kuburannya langsung dicor dengan semen dan dijaga dengan ekstra ketat.
Kamal As-Sananiri
Nama lengkapnya adalah Muhammad Kamaludin As-Sananiri.
Lahir pada tahun 1918 di Mesir. Dia lulus dari SMA pada tahun 1934.
Dia bergabung dengan jama'ah Ikhwanul Muslimin pada awal empat puluhan.
Beberapa saat menjelang ditangkap dia sempat menikah dan dikarunia seorang anak perempuan.
Pada tahun 1954 dia ditangkap dan dipenjara selama sembilan belas tahun.
Satu bulan setelah dia dipenjara, puterinya meninggal dunia. Keluarga isterinya menginginkan agar dia menceraikan isterinya, dan dia pun menceraikannya dari dalam penjara.
Karena pengaruh dari siksaan ketika dalam penjara, telinganya luka parah dan tulang rahangnya retak.
Ketika dia masih dalam penjara dia menikah dengan Aminah Quthb yaitu saudara perempuannya Sayyid Quthb. Walimahan pernikahan mereka dilaksanakan pada tahun 1973. Dari pernikahannya dengan Aminah Quthb, Kamal As-Sananiri tidak dikaruniai anak.
Ibunya pernah berusaha untuk membujuknya agar dia mau menulis surat yang isinya dia mendukung penguasa. Dia sangat menolak ide ibunya dan mengharap dengan sangat agar tidak ada anggota keluarganya yang mau menulis surat. Dia berkata kepada ibunya,“Wahai ibuku, bagaimana nasib saya di hadapan Allah kalau saya menulis surat tersebut dan nanti malam saya meninggal dunia? Apakah ibu rela kalau anaknya meninggal dunia dalam keadaan syirik?"
Dia sering berpindah-pindah dari satu negara ke negara yang lain untuk menyatukan umat Islam di Eropa. Dia juga selalu menyatukan barisan pasukan mujahidin Pakistan.
Dia adalah orang yang wara', zuhud, jarang bicara, mencintai sesama dan selalu bersemangat.
Syaikh Hasan Al-Hudhaibi sangat menghormatinya. Dia berkata, "Dia berhak mendapatkan penghargaan, karena dia selalu berusaha untuk mempersatukan umat Islam."
Marwan Hamid adalah orang yang sangat rajin beribadah dan selalu puasa seperti Nabi Daud.
Dia ditangkap dan dipenjara pada bulan September 1981.
Pada tahun 1981, dia gugur sebagai syahid karena tidak kuat dengan kerasnya siksaan. Pihak Pemerintah bersedia untuk menyerahkan jenazahnya dengan syarat pihak keluarga tidak mengumumkan berita duka. Di samping itu, Pemerintah juga mensyaratkan agar yang mengantar jenazah hanya beberapa anggota keluarga saja.
Posting Komentar untuk "Kisah Marwan Hadid dan Kamal As-Sananiri"