Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kabupaten Cirebon, Berkah Sunan Gunung Jati

sejarah kabupaten cirebon


Sejarah Kabupaten Cirebon. Menurut Sulendraningrat berdasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Aja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, asal mula Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang berkembang menjadi sebuah desa ramai dan diberi nama Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Barat, yang letaknya di bagian timur sebagai batas provinsi dan sekaligus sebagai pintu gerbang Jawa Tengah.

Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir Laut Jawa. Berdasarkan geografis, letak Kabupaten Cirebon berada di 6°30' - 7°00' Lintang Selatan dan 108°40' - 108°48' Bujur Timur. Di Kabupaten Cirebon dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian barat merupakan dataran rendah dan bagaian barat daya merupakan dataran tinggi.

Asal-usul Cirebon tersebut merupakan Bahasa Sunda yang berarti Campuran, karena di Kabupaten ini penduduknya bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda.


  • Perkembangan awal Kabupaten Cirebon

Ki Gedeng Tapa

Ki Gedeng Tapa atau juga dikenal Ki Gedeng Jumajan Jati, merupakan seorang saudagar kaya di Pelabuhan Murjati, Cirebon. Pada 1 Syura 1358 yang bertepatan dengan tahun 1445 Masehi, Ki Gedeng Tapa mulai membuka hutan ilalang untuk dibangun sebuah gubug dan sebuah tajug (Jalagrahan). Sejak saat itulah para pendatang mulai menetap dan membentuk masyarakat baru di desa Caruban.

Ki Gedeng Alang-Alang

Ki Gedeng Alang-alang merupakan Kuwu atau kepala desa Caruban pertama yang diangkat oleh masyarakat baru tersebut dan Raden Walangsungsang putra dari Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang yang menjadi wakilnya. Nyi Mas Subanglarang merupakan puteri daru Ki Gendeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, kemudian Raden Walangsungsang yang bergelar sebagai Ki Cakrabumi diangkat sebagai penggantinya menjadi kuwu kedua dengan gelar Pangeran Cakrabuana.


  • Masa Kesultanan Cirebon

Pangeran Cakrabuana menjadi Kuwu sampai 1479. Pangeran Cakrabuana merupakan anak dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istri kedua yaitu Nyi Mas Subanglarang. Nama kecil Pangeran Cakrabuana adalah Raden Walangsungsang, pada saat remaja dikenal dengan Kian Santang. Ia memiliki dua saudara seibu yaitu Nyai Lara Santang ( Syarifah Mudaim ) dan Raden Sangara.

Walaupun ia anak sulung laki-laki ia tidak mendapatkan hak sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran karena ia memeluk agama Islam yang diturunkan oleh ibunya. Saat abad 16 ajaran agama di Pajajaran mayoritas Sunda Wiwit. Sunda Wiwit merupakan agama leluhur orang Sunda yang memeluk agama Hindu dan Budha. Posisinya itu digantikan oleh adiknya yaitu Prabu Surawisesa putra dari Prabu Siliwangi dan istri ketiga yaitu Nyai Cantring Manikmayang.

Setelah Ki Bedeng Tapa yang menguasai pesisir utara Jawa meninggal, Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan kakeknya melainkan mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon.

Oleh karena itu, Walangsungasang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon. Setelah menunaikan ibadah haji kemudian Pangeran Cakrabuana disebut dengan Haji Abdullah Iman, tampil sebagai raha Cirebon pertama yang memerintah dari keraton Pakungwatu dan aktif menyebarkan agama islam kepada penduduk Cirebon.


Sunan Gunung Jati

Pada tahun 1479 M, kedudukan Pangeran Cakrabuana digantikan oleh keponkannya yaitu Syarif Hidayatullah (1448-1568) putra dari Nyai Rarasantang dengan Syarif Abdullah dari Mesir. Setelah wafat Syarif Hidayatullah dikenal dengan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan juga bergelar sebagai Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.

Kesultanan Cirebon dimulai oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati perkembangan dan pertumbuhan pesat. Kemudian Sunan Gunung Jati diyakini sebagai pendiri dinasiti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.

Fatahillah (1568-1570)

Selama Suanan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemegang kekuasaan kosong yang kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton, dan pemerintahan tersebut dijabat oleh Fatahil atau Fafillah Khan.

Sejak tahun 1568 Fatahillah naik takhata dan memerintah Cirebon secara resmi. Fatahillah menduduki takhta tersebut hanya berjalan dua tahun kerana pada tahun 1570 ia meninggal. Selang dua tahun dengan Suanan Gunung Jati dan dinamakan berdampingan di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

Pada tahun 1570-1649 Penambahan Ratu I

Setelah wafatnya Fatahillah tidam ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas putra tertua Pangeran Dipati Cirebon cucu Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon kurang lebih 79 tahun.


  • Makam Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati diperkirakan berumur sampai 120 tahun. Beliau diperkirakan wafat dipertengahan abad 15, sekitar tahun 1568 Masehi.

Beliau dimakamkan di sebuah bukit di daerah Cirebon. Bukit itu bernama bukit Sembung yang khusus didirikan di pinggir kota Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati berada kompleks pemakaman seluas 5 hektare.

Di Gunung Sembung terdapat kurang lebih 500 makam. Di lokasi ini, terdapat juga makam istri Sunan Gunung Jati, yaitu Putri Ong Tien Nio (Nyi Ratu Rara Semanding).

Makam sunan Gunung Jati selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah. Mereka berdatangan dari berbagai wilayah di Cirebon, Jawa Barat atau daerah Jawa lainnya.

Khususnya pada malam Jumat Kliwon, suasana makam akan sangat ramai dengan para peziarah. Pada bulan Maulid, pusaka-pusaka keraton akan diarak dari Keraton melalui alin-alun pada perayaan “Panjang Jimat“.

Komplek makam sunan Gunung Jati terdapat dua area bukit yaitu bukit Sembung dan bukit Gunung Jati yang hanya berjarak ratusan meter.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Sejarah Kabupaten Cirebon, Berkah Sunan Gunung Jati"