Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suka Ngomongin Orang Lain tapi Lupa Intropeksi Diri

intropeksi diri


Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut. Ada sepasang suami istri setiap pagi sebelum beraktifitas selalu sarapan bersama berdua. Dan ada tetangga mereka di seberang jalan sana seorang ibu paruh baya juga selalu melakukan aktivitas pagi yaitu menjemur baju yang dia sudah cuci.

Saat sepasang suami istri ini sarapan, mereka selalu melihat ibu paruh baya itu menjemur baju keluarganya dari balik jendela rumah mereka. Sambil sarapan, istrinya berkata,”coba lihat deh pah, pakaian yang ibu jemur itu masih kusam, kelihatannya mungkin sabun yang dipakai kurang bagus atau mungkin cara mencucinya yang kurang bersih”. Lantas suaminya diam saja sambil terus menyantap sarapan yang sudah tersedia.

Besoknya mereka sarapan bareng lagi dan tetap menyaksikan dari balik jendela, perempuan paruh baya itu menjemur baju. istrinya pun membicarakanya lagi, “kasihan deh perempuan itu, baju yang dicuci kelihatannya kusam semua, apa aku kasih tau aja kali ya supaya mungkin ganti sabun biar pakaiannya udah nggak kusam lagi”. Suaminya berkata, “nggak usah”, sambil tetap makan sarapan yang sudah disiapkan.

Saat besoknya mereka sarapan begitu lagi, melakukan hal yang sama, rutinitas yang sama, mereka berdua sarapan dan kali ini sang istri agak kaget karena dia melihat ibu paruh baya itu menjemur baju yang sudah tidak kusam lagi. 

Dia berkata pada suaminya, “nah kan pasti udah ada yang kasih tahu dia kalau sabunnya yang dia pakai itu nggak cocok dan sekarang mungkin dia sudah ganti atau mungkin sudah ada yang ngajarin dia cara mencuci yang benar, atau jangan-jangan bapak yang ngasih tahu dia, bener nggak pah” suaminya pun menjawab, “papa nggak pernah ngasih tahu dia, lagian papa juga nggak terlalu kenal sama ibu itu, tadi pagi papa cuma membersihkan jendela kita yang kotor.

Sehingga kita bisa melihat bajunya yang dia cuci udah nggak kusam lagi”. Kemudian sang istri diam tertunduk malu dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dari cerita diatas kita simpulkan bahwa orang yang sama, pada situasi yang sama, tapi dengan jendela yang berbeda.

Ternyata bajunya kusam bukan karena salah sabun, bajunya kusam bukan karena tidak pandai mencuci, akan tetapi bajunya yang kusam karena jendela rumah yang kusam. Kita bebas untuk memandang orang lain, kita punya pilihan tidak ada yang melarang kita untuk berkomentar pedas di kolom komentar orang lain saat dia melakukan kesalahan yang belum tentu itu sebuah kesalahan.

Tapi, bukankah lebih baik untuk menahan jari untuk berkomentar terhadap sesuatu yang kita tidak tahu kebenarannya. Intropeksi diri, bukankah lebih bijak untuk memilih diam daripada nantinya kita malu sendiri bila salah.

Memberikan penilaian terhadap orang lain itu lebih mudah daripada menilai diri sendiri. Segala hal kita nilai, baik itu fisik, penampilan, karakter, sikap dan lain sebagainya. Bahkan dengan orang yang baru ketemu, kita sudah berani menilai orang tersebut.

Padahal kita belum tahu sepenuhnya tentang sifat, karakter, apalagi kedalaman hatinya hal ini seakan membenarkan pepatah mengatakan, “gajah di pelupuk mata tidak kelihatan tapi semut di seberang lautan itu jelas kelihatan”. Memang sih untuk sebagian orang, hal yang paling enak dijadikan topik pembahasan ketika kita ngumpul-ngumpul adalah membahas kesalahan orang lain. 

Hmm kalau membahas kesalahan orang lain, kita bisa duduk berjam-jam untuk membahas kesalahan tersebut bahkan setelah kumpul-kumpul tersebut yang tadinya temanya si dia mencuri ayam, setelah pembicaraan tersebut, kesimpulannya menjadi si dia mencuri ayam, sapi, kambing bahkan mencuri berkali-kali.

Jadi tema dan kesimpulan jadi jauh berbeda setelah pertemuan atau kumpul-kumpul tersebut. Kenapa ada orang yang suka membicarakan orang lain seperti itu.

Mantan istri presiden amerika eleanor roosevelt pernah berkata, "great minds talking about ideas; average minds talking about events; small minds talking about people." orang-orang yang memiliki pemikiran kecil, akan selalu bergosip. Orang-orang yang memiliki pemikiran rata-rata, bisa mendengarkan gosip tetapi tidak bereaksi terhadap gosip tersebut. Dan orang-orang yang punya pemikiran hebat, hanya suka berpikir atau bercerita tentang ide-ide dan dia sangat tidak menyukai gosip.

Jika otak kita ini didominasi oleh small mind, maka ia akan selalu asyik dengan urusan orang lain, sibuk menilai orang di luar dirinya, namun tidak menghasilkan apa-apa kecuali perseteruan.

Suka melihat orang lain dari sisi negatif dan lupa menilai dirinya sendiri. Tipe small mind bisa dikategorikan orang yang menghasilkan gosip. Saya tidak tahu anda di tipe yang mana, kalau anda mengaku bahwa anda seorang yang great mind atau orang dengan pemikiran besar, saya yakin anda tidak akan suka dengan gosip atau anda akan cepat-cepat meninggalkan obrolan dengan teman anda yang berbau gosip karena anda tidak menyukai itu.

Introspeksi terhadap diri sendiri adalah cara terbaik agar kita tidak mudah menilai orang lain. Kalaupun harus menilai orang lain, jauh lebih elok jika menilai kebaikannya saja.

Karena sesungguhnya tidak mudah untuk memahami dengan benar sifat dan karakter atau watak seseorang tidak ada manusia yang sempurna, anda saya dan semua manusia di muka bumi ini. Semuanya tidak ada yang sempurna.

Tidak sepatutnya untuk saling menilai, menunjuk dan saling menghakimi kebiasaan menilai orang lain. Karena akan berujung pada kebiasaan untuk saling mencari kesalahan orang lain.

Sehingga, pada akhirnya tidak ada yang terjadi, yang terjadi hanyalah konflik. Sebelum anda menilai seseorang, alangkah baiknya kita intropeksi diri kita sebelum menilai. Apalagi berbicara, karena mungkin bukan bajunya yang kusam tapi jendela kitalah yang kotor. bukan mereka yang kita lihat tercela tapi hati kita yang sudah tercemar.

Terima kasih, semoga bermanfaat. 


insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Suka Ngomongin Orang Lain tapi Lupa Intropeksi Diri"