Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Dibalik Pengulangan Ayat-Ayat dalam Qur'an

makna ayat diulang

  • Kenapa Ayat-Ayat dalam Qur'an ada yang Diulang ?

Sebagaimana diketahui, kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat. Setiap orang Muslim dianjurkan membacanya agar mendapat syafaat-Nya. Mengenai makna ayat diulang, pernahkah Anda menyadari jika di dalam Alquran terdapat beberapa pengulangan kata, kalimat, hingga suatu kisah atau tema tertentu?.

Salah satu anugerah yang diberikan Allah SWT kepada manusia yaitu kemampuan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Karenanya, isyarat mengenai komunikasi tersebut dapat dilihat pada surat Ar Rahman ayat 4:

عَلَّمَهُ الْبَيَانَ “Mengajarnya pandai berbicara.”

Dalam Alquran, Allah SWT menggunakan beberapa pola komunikasi. Informasi yang disampaikan berulang-ulang menjadi salah satu di antara pola komunikasi yang diajarkan-Nya.


Adapun adanya pengulangan pada suatu ayat memiliki maksud dan tujuan tertentu. Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an al-Karîm menyebutkan para ulama tafsir hampir sepakat menyatakan dalam setiap pengulangan kata pada Alquran pasti memiliki makna yang sedikit atau banyak berbeda dengan kata yang diulang tersebut.

Penjelasan para ulama mengenai hikmah pada pengulangan tersebut bersifat ijtihadi. Karenanya apabila terdapat beberapa perbedaan, maka dimungkinkan karena perbedaan sudut pandang yang digunakan.

Menurut Syekh Muhammad bin Salih dalam Tafsir Juz ‘Amma terdapat beberapa hikmah pengulangan ayat atau kalimat dalam Alquran, di antaranya yaitu:


1. Penjelasan mengenai urgensi masalah

Makna ayat diulang, pengulangan yang terjadi pada konteks ini menunjukkan bahwa masalah tersebut sangatlah penting, sebagaimana halnya pengulangan dalam surat Ar Rahman.

Para ulama berpendapat mengenai rahasia pengulangan dalam surat Ar Rahman yaitu dikarenakan betapa pentingnya menampakkan aneka nikmat Allah SWT yang sangat melimpah bahkan tidak akan pernah sanggup dihitung dalam kehidupan manusia.

Dalam al-Mizan, at-Thabathabai menjelaskan adanya pengulangan ayat dalam surat tersebut mengandung isyarat mengenai ciptaan Allah SWT yang sekian banyak bagian-bagiannya. Ciptaan tersebut terbentang di langit dan bumi, darat dan laut, bahkan manusia dan jin.

Allah SWT pula yang mengatur segala hal tersebut berada pada satu pengaturan yang bermanfaat bagi golongan manusia dan jin. Karenanya, kemanfaatan tersebut akan tetal berlaku di dunia maupun di akhirat kelak.

Pendapat yang hampir sama dinyatakan oleh al-Biqa’i dalam Nazmud-Durar bahwa rahasia adanya pengulangan ayat dalam surat Ar Rahman adalah menetapkan bahwa Allah SWT menyandang sifat rahmat yang tercurah kepada semua makhluk tanpa kecuali.

Dari sini dapat dilihat pula bahwa nama Ar Rahman memiliki makna keluasan anugerah dan ketercakupannya bagi semua ciptaan-Nya.


2. Agar pesan yang disampaikan lebih meresap ke dalam hati manusia

Pengulangan dalam Alquran baik itu secara redaksi atau masalah bertujuan agar manusia lebih mampu meresapi kandungan maknanya. Seperti dalam surat Al Fatihah, pada ayat pertama berbunyi:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ “Dengan nama Allah Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.”

Lalu pada ayat ketiga terdapat penggulangan lafaz yang sama dengan ayat pertama yaitu:

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ “Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.”

Pengulangan ayat di atas hanya terjadi pada redaksinya saja, namun tidak terjadi pengulangan pada hakikat maknanya. Sehingga pengulangan di atas bertujuan agar manusia lebih dapat meresapi mengenai betapa besar kasih sayang Allah kepada manusia.

Mengutip pendapat dari Rasyid Rida dalam Tafsir al-Manar menyebutkan bahwa pada ayat ketiga surat Al Fatihah menjelaskan mengenai rahmat dan kasih sayang Allah SWT dalam pemeliharaan dan pedidikan-Nya.

Sedangkan dalam ayat pertama bertujuan untuk menjelaskan bahwa surat tersebut turun membawa rahmat Allah SWT. Karenanya meskipun redaksi pada ayat tersebut diulang ataupun sama, namun memiliki makna yang berbeda.

Pendapat di atas diperkuat dengan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Qur’an al-Karim yang menyebutkan bahwa Ar Rahman dan Ar Rahim pada ayat ketiga surat Al Fatihah bukan pengulangan ayat pertama dari sisi substansi maknanya.

Pengulangan tersebut untuk menekankan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah SWT yang disebut pada ayat kedua bukan untuk kepentingan Allah SWT atau menginginkan pamrih sebagaimana sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya.

Pendidikan dan pemeliharaan tersebut semata-mata karena rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang dicurahkan kepada para makhluk ciptaan-Nya.


3. Menunjukkan kebenaran bahwa Alquran merupakan wahyu yang berasal dari Allah SWT.

Terdapat beberapa hal yang diulang dalam Alquran, khususnya yang berkaitan dengan kisah. Pengulangan dalam satu kisah menggunakan redaksi yang berbeda dan tidak ada kontroversi di dalamnya.

Syekh Muhammad bin Salih berpendapat dalam Tafsir Juz ‘Amma bahwa hal ini sangat mustahil dapat dilakukan oleh manusia, kecuali bagi Yang Mahamengetahui.

Seperti pada kisah Nabi Musa yang terdapat pada surat Thaha ayat 9-14, khususnya dalam kalimat wâdi thuwâ pada ayat ke 12 surat Thaha:

اِنِّيْٓ اَنَا۠ رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَۚ اِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ۗ

“Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa.”

Kisah di atas berulang dalam surat An Naml ayat 7-12. Pengulangan tersebut, meskipun masih pada pembahasan mengenai kehidupan Nabi Musa, namun berbeda dalam pemaparannya.

Salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat pada surat Thaha khususnya ayat 11-12 yang menunjukkan bahwa Nabi Musa tengah berada di tempat yang diberkahi, karenanya Allah meminta dia untuk melepaskan sandalnya.


  • Hikmah Dibalik Pengulangan Kisah di AL- Qur’an

1. Menunjukkan akan pentingnya kisah tersebut, sebab pengulangan menunjukkan akan perhatian atas hal tersebut.

2. Penekanan kisah tersebut agar kokoh hati-hati manusia.

3. Menyesuaikan kondisi zaman dan keadaan orang yang di seru. Oleh karenanya kau dapati kisah yang ringkas dan tegas pada kisah-kisah di surat Makkiyah, dan sebaliknya dalam kisah-kisah di surah Madaniyah.

4. Menjelaskan balaghah (tata bahasa) Alquran di dalam menampakkan kisah dalam suatu bentuk berlainan sesuai keadaannya.

5. Menunjukkan kebenaran Alquran, bahwasannya Al Quran berasal dari sisi Allah ta’ala, dimana terdapat kisah-kisah ini secara berbeda-beda tanpa ada pertentangan (satu kisah dengan kisah lainnya).


  • Manfaat Hafal Qur'an

Hal ini dinyatakan sendiri oleh Alquran Surat al An’am ayat 92 dan 155, Surat al Anbiya ayat 50, dan Surat Shad ayat 29. Keberkahan berarti kebaikan pada sesuatu.

Jika Alquran kitab yang penuh berkah, maka mereka yang menghafal Alquran akan mengunduh keberkahan itu secara terus-menerus. 


1. Mendapatkan Berkah

Keberkahan Alquran tidaklah berbentuk materi, tetapi nonmateri. Tapi, kebaikan yang bersifat nonmateri ini pada akhirnya akan berimbas kepada materi juga. Kitab suci yang penuh dengan nilai-nilai sakralitas ini bagi yang menghafalkan Alquran akan selalu hidup bersama Alquran. Semua proses menghafal Alquran akan menciptakan rasa spiritual yang tinggi. Sehingga, keimanan dan ketakwaannya bisa bertambah dan terus bertambah.


2. Manfaat Etika dan Akhlak

Menghafalkan Alquran bisa menciptakan generasi yang penuh etika. Sebagai gambaran, seorang penghafal Alquran harus menyetorkan hafalanya kepada gurunya. Ketika berhadapan dengan gurunya, mereka harus beretika.

Seorang murid harus menunjukkan etika dan kesopananya. Jika terus menerus dilakukan, maka dipastikan anak tersebut bisa mempunyai etika dan akhlak yang bagus.


3. Manfaat Intelektual

Salah satu manfaat menghafal Alquran adalah penguatan otak. Otak adalah salah satu anggota tubuh. Jika digunakan terus menerus, anggota tubuh akan semakin kuat. Otak manusia diibaratkan seperti kumparan dalam mesin listrik.

Ketika menghafalkan ayat-ayat Alquran, kumparan itu terus berjalan, mesin itu akan aktif dan dinamis. Sel-sel dan partikel di otak akan aktif. Aktifnya sel dalam otak akan memperkuat otak itu sendiri. Hal ini akan bermanfaat bagi penghafal Alquran untuk mengolah data yang masuk kedalam otak.

Salah satu penguatan intelektual seseorang dalam menghafal Alquran adalah ketika seorang penghafal jeli dengan keberadaan ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi. Faktanya, banyak anak yang hafal Alquran mempunyai prestasi yang bagus di sekolahnya masing-masing. Seorang yang telah menghafal Alquran seolah menggenggam sebongkah emas.

Dia bisa menggunakan setiap dari bongkahan emas itu untuk apa saja, seperti anting-anting, gelang, kalung, dan sebagainya. Begitu juga bagi penghafal Alquran bisa menggunakan ayat-ayat yang dia hafalkan untuk berbagai macam keperluan.


4. Manfaat Keilmuan.

Di antara manfat menghafal Alquran secara keilmuan, khususnya bagi mereka yang sudah bisa mengerti isi kandungan Alquran.

Mereka akan menemukan banyak sekali ungkapan yang terkait dengan berbagai macam keilmuan, yaitu: 

(a) banyak menghafal kosa kata 

(b) menghafalkan kaidah-kaidah nahwu dan Sharaf 

(c) banyak menghafal dalil-dalil hukum 

(d) banyak menghafalkan dalil sejarah 

(e) menghafal kata-kata hikmah 

(f) menghafalkan ayat-ayat kaudiniyah atau ayat yang berkaitan dengan fenomena alam semesta 

(g) menghafal ribuan ayat tentang akidah, kisah masa lalu, dan ayat yang berkaitan dengan tema-tema kehidupan 

(h) jika ingin membuat tafsir tematik, baik untuk bahan ceramah atau membuat makalah ilmiah, dia akan cepat menghadirkan ayat-ayat yang terkait dengan satu tema. 


  • Pentingnya AL - Qur'an Utama Harus Berbahasa Arab

Setelah periode satu kaum satu nabi dan satu kitab suci serta satu bahasa, pada bagian akhir dari masa kehidupan manusia, Allah SWT berkehendak untuk menyatukan semua bangsa-bangsa di dunia dengan hanya satu nabi, satu kitab suci dan tentunya satu bahasa kitab suci.

Untuk itu diperlukan satu bahasa yang memang punya kapasitas dan karakteristik yang unik, universal, serta istimewa. Sebab sangat tidak mungkin kitab suci terakhir itu diturunkan dalam banyak bahasa. Mengingat jumlah bahasa umat manusia di penghujung zaman ini sudah tak terhingga banyaknya.

Cukup satu bahasa saja yang digunakan, namun bahasa ini adalah bahasa yang paling istimewa dari semua sisinya. Baik dari jumlah kosa-katanya, sampai kepada strukturisasi gramatikanya. Berikut faktornya :


1. Faktor Kekuatan dalam Menyampaikan Pesan (Balaghah)

Pastinya, bahasa sebuah kitab suci itu harus punya kemampuan prima dalam penyampaian pesan. Tiap kata yang digunakan benar-benar kata pilihan, tidak asal sebut saja. Karena kitab suci itu akan menjadi sumber rujukan syariah sepanjang zaman. Tentunya kata-kata yang digunakan harus berupa pilihan kata dari bahasa yang sangat sangat kuat sisi bahasanya.

Dan barangkali bahasa selain Arab tidak punya padanannya, sehingga ketika diterjemahkan, akan kehilangan rasa dan kekuatannya.

Contoh sederhana, bahasa arab menggunakan dua kata yang berbeda untuk menyebut tuhan, yaitu ilah dan rabb. Bahasa lain tidak pernah punya pembedaan sedetail ini. Kata ilah diterjemahkan sebagai tuhan dan kata rabb juga tuhan. Padahal makna tuhan dalam kata ilah punya rasa, karakter dan pengertian rinci yang sangat jauh berbeda dengan makna tuhan dalam kata rabb.

Memang benar bahwa tiap bahasa punya idiom khas yang tidak bisa diterjemah secara sederhana ke dalam bahasa lain. Tetapi idiom dalam bahasa arab jauh lebih sempurna, banyak, serta bervariasi. Semua menggambarkan perasaan, pemikiran, ekspresi, sikap, pola pikir, budaya, moral, etika, seni dan budaya umat manusia.

Orang jawa punya idiom unik, misalnya kata-kata ‘mbok yo‘. Seandainya pak Jokowi bilang,”Mbok yo sampean jangan begitu tho, Mr. Trump.” Pusing tujuh keliling penerjemah resmi Presiden RI ketika harus menerjemahkan kalimat dari mulut atasannya kepada Presiden AS. Apa terjemahan yang paling tepat dari kata mbok yo? Apakah mother yes, atau please atau apa ya?


2. Faktor Keindahan Bahasa

Yang juga tidak kalah penting adalah faktor keindahan bahasa itu ketika dibunyikan. Agar jangan sampai kitab suci ini tidak enak didengar telinga, akhirnya hanya menjadi ensiklopedi yang tersusun rapi di rak tanpa pernah disentuh, apalagi dibaca.

Al-Qur’an adalah kitab yang didesain untuk selalu dekat dengan manusia, dalam keadaan apapun. Karena itu membutuhkan sebuah bahasa yang bisa setiap saat ‘didendangkan’, karena memang terdengar indah di telinga, merdu dan bikin kangen. Selain itu mudah diingat karena punya karakter yang mudah.


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17)


3. Faktor Usia Bahasa

Semakin tua usia bahasa maka akan semakin luas kosa dan perbendaharaannya. Dengan demikian kapasitas bahasa itu untuk menyampaikan pesan menjadi jauh lebih lebar dan luas.

Bahasa Arab adalah bahasa yang sudah ada sejak manusia menginjakkan kaki pertama kali di planet ini. Sepanjang zaman, bahasa Arab selalu mengalami pengayaan perbendaharaan. Dan tentunya paling banyak digunakan oleh manusia sepanjang sejarah.

Bahasa Inggris yang sering didengungkan sebagai bahasa pergaulan international, ternyata bahasa yang baru muncul beberapa ratus tahun terakhir ini saja. Meski bangsa Inggris kuno sudah ada jauh sebelumnya, namun para ahli sepakat bahwa bahasa yang digunakan bangsa Inggris kuno bukanlah bahasa Inggris modern sekarang ini.

Sampai ada sebuah perumpamaan yang menggelikan. Seandainya Ratu Elizabeth II ratu Inggris hari ini bertemu dengan kakek moyangnya di zaman Robinhood, misalnya King Arthur, dengan pertolongan lorong waktu, maka keduanya tidak akan menggunakan bahasa Inggris, melainkan bahasa tarzan, alias bahasa isyarat.

Mengapa? Karena bahasa masing-masing sangat berbeda, bukan hanya dalam penggunaan istilah semata, tetapi juga struktur dan cara pengungkapannya.

Adapun bahasa Arab sudah dikenal sejak zaman nabi Ismail bin Ibrahim alaihissalam. Bahkan sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa nabi Adam sudah berbahasa Arab. Logikanya, karena beliau diciptakan di surga, sedangkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab. Tentunya sejak masih di surga beliau sudah bercakap-cakap dengan isterinya, Hawwa. Dan ketika keduanya mendarat di muka bumi yang saat itu belum ada makhluk cerdasnya, bahasa Arablah yang digunakan oleh generasi pertama manusia di muka bumi.

Kalau argumentasi ini benar, maka bahasa Arab adalah bahasa manusia pertama. Tentunya juga bahasa manusia tertua di dunia ini. Dan hal ini cocok dengan teori para ahli bahasa yang mengatakan bahwa bahasa bangsa-bangsa manusia di dunia ini membentuk rumpun-rumpun yang berasal dari satu kesatuan. Maka dengan teori ini tidak salah bila dikatakan bahasa Arab adalah induk dari semua bahasa manusia.

Apalagi kalau dikorelasikan dengan jumlah kosa katanya yang sangat banyak, jauh mengungguli semua kosa kata bahasa manusia saat ini. Dan otomatis juga merupakan bahasa yang paling banyak digunakan oleh manusia sepanjang sejarah. Bukan dalam satu kurun waktu saja.

Bahkan bahasa Inggris pun ternyata bukan bahasa yang paling banyak digunakan manusia pada saat ini. Ternyata bahasa yang paling banyak dipakai manusia di hari ini adalah bahasa Cina (Mandarin). Tapi kalau kita hitung bukan berdasarkan satu kurun waktu, tetap saja bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak dipakai oleh manusia secara total.


4. Faktor Keabadian Bahasa

Dan juga tidak lupa dari keabadian dan kekekalannya, pasti sangat menentukan. Akan jadi runyam kalau sebuah kitab suci yang berlaku sepanjang zaman, tetapi bahasanya justru sudah punah dan tidak lagi digunakan lagi oleh lidah manusia modern.

Dr. Ahmad ‘Arif Al-Hijazi, doktor bahasa Arab dari Mesir pernah mengisahkan bahwa para ahli bahasa dari seluruh dunia pernah melakukan riset spektatuler. Intinya, bahasa Arab memang layak jadi bahasa kitab suci umat manusia karena akan terus abadi sepanjang zaman.

Penelitian mereka berangkat dari rasa ingin tahu tentang bahasa manusia manakah yang masih besar kemungkinannya masih digunakan oleh manusia pada beberapa abad mendatang. Hal itu mengingat bahwa kecenderungan setiap bahasa di dunia ini akan mengalami kemunduran hingga akhirnya lenyap sama sekali. Meski di masa lalu pernah menjadi bahasa yang besar, karena digunakan oleh bangsa-bangsa besar dunia.

Misalnya, bangsa Mesir kuno pernah menjadi bangsa terbesar di muka bumi ini dengan kemajuan peradaban serta teknologinya. Tentunya mereka punya bahasa tersendiri yang sangat mereka banggakan. Namun kita tahu bahwa bahasa Mesir kuno sudah terkubur bersama para Firaun di padang pasir. Hari ini hanya profesor bahasa purba saja yang bisa mengira-ngira terjemahan tulisan heliografi di tembok Pyramid.

Demikian juga dengan bahasa manusia modern sekarang ini, para ahli percaya bahwa beberapa abad ke depan, tidak akan ada lagi manusia yang berbahasa dengan bahasa yang digunakan saat ini. Lalu bagaimana kita bisa menyampaikan informasi tentang peradaban abad 21 ini kepada generasi manusia di abad-abad mendatang?

Setelah melalui beragam pengujian dan penelitian atas sejarah karakteristik berbagai bahasa manusia, akhirnya mereka sepakat bahwa bahasa arab akan tetap dipakai manusia sampai beberapa abad mendatang. Sehingga peradaban manusia bisa menitipkan ilmu dan sejarahnya lewat bahasa arab untuk disampaikan kepada manusia di masa mendatang.

Al-Quran bukan kitab untuk orang arab saja, tetapi untuk seluruh manusia. Mesir, Sudan, Iraq, Iran, Palestina, Jordan, Libanon, Suriah, Libia, Maroko, Tunis, sampai Aljazair dahulu bukan negeri Arab. Mereka punya bahasa sendiri-sendiri. Tetapi seiring dengan masuknya Islam ke negeri itu, maka mereka pun belajar bahasa arab, menggunakannya bahkan menjadi bahasa sehari-hari. Bahkan bahasa resmi kesultanan Islam di nusantara juga bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa kosmpopolitan dan bahasa milik dunia dan umat manusia.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Makna Dibalik Pengulangan Ayat-Ayat dalam Qur'an"