Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan Iblis, Tapi Jibril Yang Berjumpa Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, Begini Sebabnya ?

jibril di gua hira


  • Jibril Yang Berjumpa Nabi Muhammad SAW di Gua Hira

Ketika turun wahyu pertama ini, perasaan takut meliputi diri Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena pengalaman pertama yang beliau alami ketika menerima wahyu “iqra” yang disampaikan sosok Jibril di Gua Hira.

Pakar Tafsir asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, menjelaskan, kala menerima wahyu pertama Rasulullah SAW dirangkul sedemikian kuatnya oleh malaikat Jibril.

Hal ini sebagaimana yang diakui Nabi dengan redaksi: “Telah kurasakan (puncak) kepayahan,”. Atau dengan redaksi lain pada riwayat At-Thabrani: “Aku mengira bahwa itulah (proses awal) kematian,”.

Dijelaskan pula bahwa, rasa takut Nabi dimungkinkan pula akibat pandangannya kepada malaikat yang diberi sifat oleh Alquran sebagai “yang mempunyai kekuatan di sisi Allah, Pemiliki Arsy,”.

Rasa takut yang dialami Rasulullah SAW sesungguhnya bukanlah kali pertama terjadi pada para Nabi. Dalam sejarah, sejumlah Nabi juga kerap didera rasa takut seperti Nabi Musa hingga Nabi Ibrahim.

Rasa takut yang Allah sisipkan kepada para Nabi ini sesungguhnya menggambarkan bahwa meskipun Nabi memiliki keistimewaan-keistimewaan dari segi spiritual, namun mereka tak luput dari naluri kemanusiaan seperti rasa takut.

Jibril masuk ke Gua Hira lalu memerintahkan Muhammad ﷺ untuk membaca. Hingga turunlah surat al-Alaq 1-5. Beliau melihat mimpinya menjadi nyata.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa Jibril mendekap Nabi Muhammad ﷺ dan membuat beliau kepayahan? Mengapa beliau merasakan ketakutan?

Di antara faidahnya adalah Nabi ﷺ begitu sadar bahwa keanehan yang beliau alami adalah sesuatu yang hakiki. Beliau merasakan sakit yang bisa dirasakan inderanya. Sehingga tak ada rasa ragu atau menerka itu adalah khayalan atau menduga-duga. Kemudian hal ini juga menjadi pelajaran kepada beliau bahwa tahapan-tahapan wahyu berikutnya akan turun dalam keadaan berat seperti ini. sebagaimana firman Allah ﷻ,

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS:Al-Muzzammil | Ayat: 5).

Kata berat dalam ayat ini bukan hanya mengandung pengertian secara maknawi. Atau hanya berarti makna yang mendalam dan penuh hikmah. Berat tersebut adalah dalam arti sebenarnya. Yang dirasakan oleh panca indera.

Hal ini dipertegas lagi oleh pengalaman sahabat Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu. Ia mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sedang mendapat wahyu:

لاَيَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ المُؤْمِنِينَ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah…” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95).

Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum yang menyebutkan ayat itu padaku. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya aku bisa berjihad, pasti aku akan berjihad’. Ia adalah seorang laki-laki buta. Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala menambahkan ayat kepada Rasul-Nya ﷺ. Saat itu paha beliau berada di atas pahaku. Aku merasa begitu keberatan. Sampai-sampai aku khawatir pahaku remuk. Setelah itu dilanjutkan kepada beliau, Allah menurunkan:

غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ

“yang tidak mempunyai uzur” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95). (HR. al-Bukhary, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, 2677, at-Turmudzi 3033, dan an-Nasa-I 4308).

Hadits ini menjelaskan kepada kita perkataan berat yang dimaksud dalam surat al-Muzammil  mencakup berat dalam arti hakiki. Bukan hanya secara maknawi. Sebagaimana yang dirasakan oleh Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu. Demikian juga Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan,

إِنْ كَانَ لَيُوحَى إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَتَضْرِبُ بِجِرَانِهَا

“Apabila Rasulullah ﷺ menerima wahyu saat berada di atas tunggangannya (ontanya), maka bagian perut onta itu akan menempel ke tanah.” (HR. Ahmad 24912).

Artinya onta itu tak sanggup menahan beban Rasulullah ﷺ yang sedang menerima wahyu. Sehingga ia terduduk sampai perutnya menempel ke tanah.

Dahsyat dan beratnya peristiwa menerima wahyu ini berbeda-beda. Wahyu yang satu bisa lebih berat dari wahyu lainnya. Al-Harits bin Hisyam radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah ﷺ menjawab,

أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ

“Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR. al-Bukhari 3043 dan Muslim 2333).

Jadi, tingkat kesulitan penerimaan wahyu itu berbeda-beda. Dan yang paling berat adalah seperti gemerincing lonceng. Aisyah radhiallahu ‘anha paham betul tentang beratnya wahyu itu. ia menuturkan bagaimana keadaan Nabi ﷺ saat turun wahyu di musim dingin.

وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا

“Sungguh aku melihat wahyu turun kepada beliau di hari yang sangat dingin namun beliau tidak merasa kedinginan. Bahkan dari dahi beliau mengeluarkan keringat.” (HR. al-Bukhari 2, at-Turmudzi 3634, an-Nasai- 1006, dan Ahmad 26241).

Di ruang ber-AC dengan suhu 200c saja, kita sudah tidak berkeringat. Sedangkan dinginnya Kota Madinah bisa mencapai 100c bahkan lebih rendah lagi. Dalam kodisi seperti itu, Rasulullah ﷺ berkeringat. Terbayang, betapa berat keadaan yang dialami Nabi ﷺ saat menerima wahyu.

  • Mengapa Wahyu Turun Dalam Keadaan Berat ?

Membaca hadits-hadits Nabi ﷺ, kita bisa menangkap hikmah mengapa wahyu turun dalam keadaan yang begitu berat. Dan Allah ﷻ lebih mengetahui hikmahnya. Nabi ﷺ mendapat ujian dari segala sisi: keluarga yang wafat meninggalkannya, hartanya, negeri asalnya, sahabat-sahabatnya, sampai rasa sakit yang berliau derita.

إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ

“Sungguh aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat).” (HR. al-Bukhari 5324 dan Muslim 2571).

Dan juga sabda beliau ﷺ,

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ

“Orang yang paling besar musibahnya adalah para nabi, kemudian yang (keshalehannya) mirip (dengan mereka), kemudian yang mirip dengan mereka.” (HR. an-Nasa-i 7482 dll.)

Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik manusia, rasul yang paling utama. Beliau mendapatkan cobaan hingga saat menerima wahyu. Dengan rasa berat tersebut Rasulullah ﷺ bersabar. Beliau lebih melihat hikmah wahyu tersebut yang merupakan petunjuk yang bermanfaat bagi umatnya. Sampai-sampai beliau rindu dengan perjumpaan Jibril dan mendengar kalam Ilahi itu. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bertanya kepada Jibril:

مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَزُورَنَا أَكْثَرَ مِمَّا تَزُورُنَا فَنَزَلَتْ { وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا }

“Mengapa engkau tidak sering lagi mengunjungiku sebagaimana biasanya?” Lalu turunlah ayat: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nyalah segala yang ada di hadapan kita, dan segala yang ada di belakang kita. (Maryam: 64).” (HR. al-Bukhari 4454 dan selainnya).

Perlu diperhatikan, bahwa Gua Hirā adalah tempat bersejarah, bukan tempat untuk mencari keberkahan. Oleh karena itu, tidak pernah diriwayatkan Nabi ﷺ kembali lagi ke Guā Hirā setelah menjadi Nabi, dan tidak pula pernah diriwayatkan bahwa seorang shahābat atau tabi’in mencari keberkahan atau beribadah di sana.

Dengan mengetahui bagaimana jibril di gua hira dan keadaan Rasulullah saat menerima wahyu, mudah-mudahan kita semakin mengagungkan Alquran. Dan terbayang setiap kita membaca ayat Alquran bagaimana Rasulullah berjuang keras dan bersabar menahan beratnya menerima wahyu Ilahi untuk disampaikan kepada kita, untuk kita baca dan tadabburi.


  • Apa Saja Tugas Malaikat Jibril ?

1. Mendampingi orang yang sakaratul maut dalam keadaan suci

Saat seseorang mengalami sakaratul maut dan orang tersebut dalam keadaan suci, malaikat Jibril turun ke sisi orang tersebut. Dia kemudian membawa tugas dari Allah untuk membawa rahmat dan kemudahan bagi orang yang sedang sekarat tersebut.

Sakaratul maut merupakan momen yang sangat menyakitkan bagi semua orang. Pada saat ruh terpisah dari jasad, maka seluruh tubuh akan merasakan kesakitan yang sangat. Malaikat Jibril ditugaskan Allah untuk membuat sakaratul maut ini menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan bentuk penghormatan kepada orang yang mengalami sakaratul maut dalam kondisi suci.

Dalam buku Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam disebutkan bahwa malaikat Jibril diutus untuk mengurus wahyu, Yaitu kabar yang datang dari sisi Allah untuk para Nabi. Kemudian, malaikat Jibril juga hadir pada saat seseorang sakaratul maut menghadapi kematian dan orang tersebut dalam keadaan berwudhu.


2. Memenuhi dan menahan hajat orang yang berdoa

Selain itu, malaikat Jibril juga memiliki tugas yaitu memenuhi dan menahan hajat orang yang berdoa. Tentu saja tugas ini dilakukan oleh malaikat Jibril dengan seizin Allah SWT. Malaikat Jibril menahan doa orang-orang mukmin atas kehendak Allah karena Allah ingin mendengar doa mukmin tersebut.

Di samping itu, malaikat Jibril juga ditugaskan untuk memenuhi doa orang kafir dengan cepat lantaran Allah tidak ingin mendengar lantunan doa tersebut lebih lama lagi. Mengenai hal ini pun tertulis dalam sebuah riwayat dari Iman al-Baihaqi.

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Tsabit, dia berkata: Telah sampai kepadaku riwayat yang menyatakan bahwa Allah SWT mendelegasikan Malaikat Jibril AS dalam urusan memenuhi hajat hidup manusia. Apabila seorang Mukmin berdoa, maka Allah pun berkata kepada Jibril AS, “Wahai Jibril! Tahan dulu untuk memenuhi hajatnya karena Aku sungguh sangat senang mendengar lantunan doanya.” Apabila orang kafir berdoa, Allah pun berkata kepadanya, “Wahai Jibril! Penuhi apa yang menjadi hajatnya karena sesungguhnya Aku tidak suka mendengar lantunan doanya.””


Malaikat Jibril juga bisa mengaminkan doa saat pasangan suami istri sedang mengalami fase mengandung dan kelahiran. Pada saat fase mengandung itu, malaikat Jibril juga akan meniupkan ruh ke dalam janin yang dikandung oleh sang Ibu.


3. Memimpin para malaikat lain turun ke muka bumi

Tugas lain yang diberikan kepada malaikat Jibril setelah berakhirnya masa kerasulan adalah memimpin para malaikat turun ke bumi. Tugas ini dilakukan setidaknya satu tahun sekali. Yakni pada salah satu malam di bulan Ramadhan.

Tepatnya pada malam Lailatul Qadr dimana pada malam itu seluruh malaikat turun ke bumi membawa rahmat. Karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi pada malam Lailatul Qadr, suasana malam tersebut pun menjadi tenang

Itulah beberapa tugas malaikat Jibril selain menyampaikan wahyu. Artinya, malaikat Jibril masih memiliki tugas yang perlu diembannya sampai dengan hari kiamat nanti walaupun masa nabi dan rasul sudah selesai. Meskipun begitu, ada juga yang mengatakan bahwa malaikat Jibril tidak lagi turun di atas muka bumi setelah Nabi Muhammad wafat. Namun, pendapat ini ditolak dan dianggap sebagai pendapat yang lemah.

  • Nasihat Jibril Kepada Baginda Rasulullah SAW

Dari Sahl bin Sa’d berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:

تَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ،

“Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. [HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921 Hadis ini dinyatakan Hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadis ash-Shahihah 2/483].


Alkisah Hadraturrasul Muhammad SAW mendapat nasihat dari malaikat Jibril As, nasihat yang dapat digunakan pula oleh umatnya, dimana nasihat ini dapat dijadikan pedoman karena pesan yang tersirat di dalamnya dapat menjadi nasihat sepanjang masa yang pasti dialami oleh umat Muhammad SAW.


Nasihat Pertama

عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ

“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati.”


Sebaik-baiknya nasihat adalah kematian, dari nasihat di atas dapat kita ketahui kematian merupakan hal yang pasti dan tidak mungkin makhluk dapat terhindar darinya. Jalan hidup merupakan suatu pilihan, menjadi buruk atau  baik itu pilihan, menjadi pendosa atau bertakwa itu juga pilihan, menjadi hina atau mulia itu juga merupakan suatu pilihan. Apapun dan bagaimana pun jalan hidup yang kau pilih, ingatlah satu hal kau akan mati, dan tentunya mati bukanlah akhir, mati adalah awal, awal dimana kita menjalani dunia baru yang tentu sangat berbeda dari kehidupan dunia.


Nasihat Kedua

 وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ

“Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.”


Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia diberikan hati untuk saling berkasih sayang baik kepada sesama manusia maupun kepada makhluk lainnya. Namun sebesar apapun cintamu pada makhluk tapi ingatlah kamu akan tetap berpisah. Baik cinta manusia kepada manusia, cinta manusia kepada makhluk lainnya, cinta kakak kepada adik, cinta murid kepada guru, cinta wanita kepada lelaki, bahkan cinta orang tua kepada anak. Semua itu akan berpisah pada waktunya, hanya satu cinta abadi yakni cinta kepada Allah SWT.


Nasihat Ketiga

 وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِه

“Dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.”


Sekecil apapun kebaikanmu Allah akan membalsanya, sekerdil apapun keburukanmu Allah pun melihatnya. Setiap kebaikan ataupun keburukan amal kita, semua akan dipertanggung jawabkan, Allah akan membalasnya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karenanya perlu diingat bahwasanya tidak ada perbuatan yang sia-sia dimuka bumi ini. Semua akan ada perhitungan atas apa yang kita lakukan. Dengan demikian seyogyanya kita merefleksikan diri ketika kita ingin melakukan suatu hal. 

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Bukan Iblis, Tapi Jibril Yang Berjumpa Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, Begini Sebabnya ?"