Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Musa di Alquran, Kisah Cinta Nabi Musa AS dalam Alquran

musa di alquran


Musa di Alquran, Kisah Cinta Nabi Musa AS dalam Alquran - Seorang putri Nabi Syu’aib AS mengagumi Nabi Musa yang gagah. Seseorang yang dengan sekali tinju bisa menewaskan pemuda Mesir yang kekar. Tapi pada wanita, dia sungguh menjaga akhlaknya, dia menjaga pendangannya. Dan karena sifat itulah, putri Nabi Syu’aib mengaguminya.

“Kemudian datanglah pada Musa salah seorang dari kedua wanita itu (putri nabi Syu’aib) berjalan dalam langkah malu-malu. Dia pun berkata, “Sesungguhnya bapakku memanggilmu  agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”... (QS. Al-Qashash:25)

Ibnu Katsir dalam tafsinya, arti dari istihya’i (malu-malu) dengan wanita yang jalannya terhormat (bukan budak). Beliau menambahkan, Ibni Abi Khatim berkata bahwa Amr bin Maimun berkata, Umar ibn Khatthab berkata, “Dia datang dengan malu-malu dengan menutupkan pakaian ke wajahnya, bukan wanita yang amat berani dan yang sering keluar rumah”.

Syayyid Qutbh juga mentadabburi dalam tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an bahwa, yang disebut dengan langkah malu-malu adalah:’ sebagaimana layaknya jalannya seorang wanita yang bersih, mulia, terjaga kehormatannya dan suci’. Sungguh malu benar-benar anugerah, malulah yang menghias jalan cintanya.

Ketertarikan salah seorang dari kedua putri Nabi Syu’aib AS pada seorang yang baru ditemuinya, pada seseorang yang telah berjasa sebelumnya. Sebagaimana al-Qur’an telah menyebutkan diayat sebelumnya:

“Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai  disana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai dibelakang orang banyak itu, dua orang yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan (ternak  kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menulong) keduanya...” (QS. Al-Qashash:23-24)

Ya, ketertarikan itu semakin jelas tatkala salah seorang dari mereka berkata pada ayahnya: 

“...ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita). Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya..” (QS. Al-Qashash:26).

Maka menarik sekali dialog yang ditulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat salah satu dari dua putri Nabi Syu’aib itu mengajukan permohonannya (QS.28/26).

“Apa yang kamu ketahui tentang hal itu?”. Tanya Nabi Syu’aib pada putrinya.  Ia menjawab, “Dia telah mengangkat sebuah batu besar yang tidak mampu diangkat kecuali oleh sepuluh orang laki-laki. Dan saat aku datang bersamanya, aku berjalan didepannya, lalu dia berkata kepadaku, “Berjalanlah dibelakangku”. Jika ia berbeda jalan denganku, ia memberikan sebuah tanda dengan batu kerikil agar aku mengetahui kemana ia berjalan”.

Lalu apa yang disampaikan Nabi Syu’aib pada Musa? Bagi seorang ayah, tentu tau apa yang sedang dirasakan putrinya. Beliau juga tau apa maksud putrinya. Beliau bukan cuma memintanya untuk bekerja, tetapi juga menjadi suami atas putrinya, dan itu sekaligus menjadi akad diantara keduanya.

”Berkatalah  dia (Syu’aib): Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu pada salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa engkau bekerja denganku delapan tahun dan jika engkau cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah suatu kebaikan darimu, maka aku tidak hendak memberatkanmu. Dan engkau insayaallah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. (QS. Al-Qashash:27)

Baca Juga : https://www.insyouf.com/2022/04/keutamaan-sholat-dhuha.html

Tak ada alasan bagi Musa untuk menolaknya.

“Dia (Musa) berkta: Inilah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” (QS. Al-Qashash:28)

Pekerjaan itulah yang menjadi akad bagi Musa yang juga merupakan permintaan dari putri Nabi Syu’aib. Musa AS menyepakati akad tersebut. Dan siapakah saksinya? Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.

insyouf.com
insyouf.com Religi dan Motivasi + Wawasan

Posting Komentar untuk "Musa di Alquran, Kisah Cinta Nabi Musa AS dalam Alquran"